20 Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur Terlengkap

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaaan budaya dan tradisinya yang luar biasa. Salah satu yang menunjukan hal tersebut yaitu dengan adanya alat musik tradisional bernama Sasando yang sangat terkenal hingga ke mancanegara.

Alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ini menggambarkan tentang citarasa seni yang sangat tinggi dari masyarakat suku asli yang ada di provinsi ini seperti halnya suku Sumba, suku Lamaholot, suku Atoni, suku Manggarai, suku Belu, suku Rote, dan juga suku Lio.

Selain Sasando, ternyata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) juga mempunyai alat musik tradisional yang tidak kalah uniknya. Berikut ini adalah 22 alat musik tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) :
Dan ini dia daftar alat musik / instrumen tradisional asli dari Nusa Tenggara Timur yang bersumber dari website Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Alat Musik NTT - Foy Doya


Kabupaten Ngada Flores yang beribukota Bajawa mempunyai banyak ragam kesenian daerah. antara lain musik Foy Doa.
Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau lebih.
Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran.
Sistem penalaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa.
Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi me menge, yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan kelaparan.
Cara Memainkan, Hembuskan angin dari mulut secara lembut ke lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri menutup lubang suara.
Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan seara sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa.

2. Alat Musik NTT - Foy Pai


Foy Pai merupakan sebuah alat musik tradisional yang sama seperti alat musik foy doa, yaitu termasuk kedalam jenis alat musik tiup. Foy pai ini berupa suling bambu dengan bentuknya yang  menyerupai angka 4 (empat). Alat musik ini menghasilkan nada-nada dasar yang diantaranya adalah Do, Re, Mi, Fa, dan Sol. Umumnya Foy pai dimainkan untuk melengkapi permainan foy doa.
Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa.Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa.


3. Alat Musik Tradisional NTT - Knobe Khabetas

Knobe Khabetas merupakan sebuah alat musik tradisional yang dipercaya sudah ada sejak zaman batu. Bentuk dari Knobe Khabetas ini seperti busur panah, yakni berupa lengkungan bambu yang diikat dengan menggunakan tali tipis namun lebar.

Cara memainkannya alat musik ini cukuplah mudah, yaitu dengan cara mendekatkan tali ke mulut dan kemudian meniupnya. Instrumen ini dahulunya sering dibawa ke sawah sebagai hiburan dalam menunggu tanaman kebunnya dari serangan hama.
Masyarakat Dawan peraya bahwa alat musik Knobe Kbetas telah ada sejak nenek moyang mereka berumah di gua-gua. Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah.
Cara memainkannya ialah, salah satu bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari. Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alat-alat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan untuk melepas kesepian.
Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana).

 4. Alat Musik Tradisional NTT - Knobe Oh

Knobe Oh merupakan sebuah alat musik bambu yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Alat musik ini dimainkan dengan cara yang sama dengan alat musik Knobe Khabetas, hanya saja, Knobe Oh mempunyai bentuk yang berbeda.

Knobe oh terbuat dari bilah bambu sepanjang 12,5 centimeter. Cara membuat alat musik ini adalah dengan cara mengerat bagian tengah bambu. Pada bagian tengah keratan tersebut disisakan kulit ari bambu yang nantinya berfungsi sebagai resonator ketika ditiup.

5. Alat Musik Tradisional NTT - Nuren


Alat musik ini terdapat di Solor Barat. Orang Talibura di Sikka Timur menyebut alat musik ini dengan nama Sason, apabula disebut seara puitis menjadi Sason Nuren. Secara etimologi Sason berarti jantan, dan Nuren berarti perempuan. Sason Nuren merupakan dua buha suling yang dimainkan oleh seorang sendirian, merupakan sebutan keramat, sakral, kesayangan, alat hiburan. Menurut cerita tua, seorang tokoh legendaris Solor Barat konon berkepala dua sekaligus memiliki rmulut dua. Orang Solor Barat menyebutnya dengan nama Edoreo sedangkan di bagian tengah Solor Barat menyebutnya dengan nama Labaama Kaha. Konon menurut erita ia pernah hidup 3-4 abad yang lalu. Konon menurut erita pula ia mampu meminkan Sason Nuren sekaligus, sehingga apabila sedang maminkan lat musik ini orang mengira ada dua pribadi yang sedang memainkan Sason Nuren. Menurut keperayaan penduduk setempat Sason Nuren merupakan suara para peri (nitun).

6. Alat Musik Tradisional NTT - Sundin Tongkeng


Nama alat musik tiup ini berhubungan dengan bentuk serta ara memainkannya, yaitu seruas bambu atau buluh yang panjangnya kira-kira 30 cm. Buku salah satu ujung jari dari ruas bambu dibiarkan. Lubang suara berjumlah 6 buah dan bmbu berbuku. Sebagian lubang peniutp dililitkan searik daun tala. Cara memainkan alat musik ini seperti memainkan flute. Karena posisi meniup yang tegak itu orang Manggarai menyebutnya Tongkeng, sedangkan sunding adalah suling., sehingga alat musik ini disebut dengan nama Sunding Tongkeng. Alat musik ini bisanya digunakan pada waktu malam hari sewaktu menjaga babi hutan di kebun. Memainkan alat musik ini tidak ada pantsngan, keuali lagu memanggil roh halus yaitu Ratu Dita

7. Alat Musik Tradisional NTT - Prere

Prere merupakan sebuah alat musik tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Sesuai dengan namanya, alat musik tradisional ini hanya menghasilkan nada "Do" dan "Re" ketika ditiup. Prere ini terbuat dari ruas bambu kecil dan ukurannya pun sependek ukuran pensil.

Pada bagian dalam rongga, alat musik ini diberi suatu membran yang nantinya akan bergetar ketika ditiup, sehingga alat musik ini dapat menghasilkan suara. Suara yang keluar pun diperbesar dengan adanya tambahan daun pandan pada bagian ujungnya. 

Alat bunyi-bunyian dari Manggarai ini terbuat dari seruas bambu keil sekeil pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruaw bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya. Alat musik ini selain digunakan untuk hiburan pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik gong gendang pada permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan adalah do dan re, sehingga nama alat ini disebut Prere.

8. Alat Musik Tradisional NTT - Suling


Umumnya seluruh kabupaten yang ada di NTT memiliki instrumen suling bambu, seperti di Sumba terdapat suling hidung. Namanya demikian karena suling ini ditiup dari hidung. Kalau di Kabupaten Belu terdapat orkes suling dengan jumlah pemain ( 40 orang. Orkes suling ini terdiri dari suling pembawa melodi (suling keil), dan suling pengiring yang berbentuk silinder yaitu, suling alto, tenor, dan bass. Suling pengiring ini terdiri dari 2 bambu yang berbentuk silinder yaitu, bambu peniup berukuran keil dan bambu pengatur nada berbentuk besar.
Suling melodi bernada 1 oktaf lebih, suling pengiring bernada 2 oktaf. Dengan demikian untuk meniptakan harmoni atau akord, maka suling alto bernada mi, tenor bernada sol, dan bass bernada do, atau suling alto bernada sol, tenor mi,dan dan bass bernada do.
Cara memainkan : suling sopran atau pembawa melodi seperti memainkan suling pada umumnya, dan suling pengiring sementar bambu peniup dibunyikan, maka bambu pengatur nada digerakkan turun dan naik, yaitu sesuai dengan nada yang dipilih. Keualui pada sulign bass, bambu peniup yang digerakkan turun dan naik. Fungsi alat musik suling ini untuk menyambut tamu atau untuk memeriahkan hari-hari nasional.

9 Alat Musik Tradisional NTT - Heo

Heo merupakan sebuah alat musik gesek yang dibuat dari papan dan pada alat geseknya terbuat dari rangkaian ekor kuda. Heo ini mempunyai 4 (empat) buah dawai dengan nada-nada dasar yang berbeda. Untuk cara memainkan alat musik heo ini yaitu sama dengan cara memainkan alat musik biola.  Alat gesek (heo) terbuat dari kayu dan penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan yang diikat pada kayu penggesek yang berbentuk seperti busur (dalam istilah masyarakat Dawan ini terbuat dari usus kuskus yang telah dikeringkan). Alat ini mempunyai 4 dawai, dan masing-masing bernama :
  • dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki
  • dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana
  • dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan
  • dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk
  • Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re, tali tiga bernada la dan tali 4 bernada do.
  •  

10. Alat Musik Tradisional NTT - Leko Boko / Bijol

Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko. Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pembei harmoni, sedangkan Heo berperan sebagi pembawa melodi atau kadang-kadang sebagai pengisi (Filter) Nyanyian-nyayian pada msyarkat Dawan umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan tentang kejadian-kejadi an tang telah terjadi pda masa lampau maupun kejadian yang sedang terjadi (aktual).Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semaam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.

11. Alat Musik Tradisional NTT - Sowito

Alat musik pukul dari bambu dari Kabupaten Ngada. Seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan.
12 Reba
Alat musik ini berdawai tunggal ini, terbuat dari tempurung kelapa/labu hutan sebagai wadah resonansi yang ditutupi dengan kulit kambing yang ditengahnya telah dilubangi. Dawainya terbuat dari benang tenun asli yang telah digosok dengan lilin lebah. Penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang juga telah digosok dengan lilin lebah. Dalam pengembangannya alat ini dari jenis gesek menjadi alat musik petik, yang juga berdawai satu dimodifikasikan menjadi 12 dawai, serta dawainya pun diganti dengan senar plastik. Reba tiruan ini berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu daerah populer.

13. Alat Musik Tradisional NTT - Mendut

Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai. Seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi. Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengn batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.

14. Alat Musik Tradisional NTT - Ketadu Mara

Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi makluk halus.

15. Alat Musik Tradisional NTT - Sasado

Fungsi musik sasando gong dalam masyarakat pemiliknya sebagi alat musik pengiring tari, menghibur keluarga yang sedang berduka, menghibur keluarga yang sedang mengadakan pesta, dan sebagai hiburan pribadi. Sasando gong yang pentatonis ini mempunyai banyak ragam cara memainkannya, antara lain : Teo renda, Ofalangga, Feto boi, Batu matia, Basili, Lendo Ndao, Hela, Kaka musu, Tai Benu, Ronggeng, Dae muris, Te'o tonak.
Ragam-ragam tersebut sudah merupakan ragam yang baku, namun dengan sedikit perbedaan ini dikarenakan : (a). Rote terdiri dalam 18 Nusak adat dan terbagi dalam 6 keamatan. Dengan sendirinya setiap nusak mempunyai gaya permainan yang berbeda-beda. (b). Perbedaan-perbendaan ini dipengaruhi oleh kemampuan musikalis dari masing-masing pemain sasando gong. (c). Belum adanya sistem notasi musik sasando gong yang baku.
Perkembangan Sansando
Sasando pada mulanya menggunakan tangga nada pentatonis. Diperkirakan akhir abad ke-18 sansando mengalami perkembangan sesuai tuntutn zaman, yaitu menggunakan tangga nada diatonis. Sasando diatonis khusunya berkembang di Kabupaten Kupang.
Jumlah dawai yang digunakan oleh sasando diatonis bervariasi yaitu, 24 dawai, 28 dawai, 30 dawai, 32 dawai, dan 34 dawai. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya yaitu kira-kira 1960 untuk pertam kalinya sasando menggunakan listrik. Ide ini datang dari seorang yang bernama Bapak edu Pah, yaitu salah seorang pakar pemain sasando di Nusa Tenggara Timur.

16. Alat Musik Tradisional NTT - Kelontang

Pada jaman lampau wilayah pulau komodo masih berhutan, karena itu masih banyak binatang buas perusak tanaman seperti Kera. Untuk mengusir binatang pengganggu tanaman, terciptalah alat musik ini. Alat musik bunyi-bunyian ini terbuat dari tiga belahan kayu bulat kering yang panjangnya 30 cm. Ketiga belahan kayu ini diletakkan di atas kaki pemain yang sedang duduk dan kemudian dipikul dengan batangan kayu sebesar jari tengah.

17. Alat Musik Tradisional NTT - Tatabuang

Di Tanalein alat musik ini disebut Leto, di Desa Lamanole Flores Timur disebut Tatabuang. Rupanya mirip dengan nama Totobuang alat musik dari Maluku. Kemungkinan besar alat musik ini dibawa oleh suku Kera (Keraf) dari Maluku. Sebutan Tatabuang hanya terdapat di Lemonale, dan di desa ini banyak terdapat orang suku Kera yang menyebut dalam sejarah pelayaran menggunakan perahu kora-kora. Terdapat sebuah erita bahwa asal muasal alat musik ini dari seorang anak yang selalu mau mengikuti orang tuanya ke kebun. Setiap hari sang anak selalu menangis, dan ini sangat mengganggu kepergian mereka kek kebun. Untuk mengatasinya sang ayah membuat alat musik ini untuk sang anak.
Di Lemonale permainan Tatabuang melalui dua cara, yaitu digantung seperti Leto dan yang lain diletakkan di atas pangkuan. Tatabuang dibuat dari batangan kayu Sukun yang digantung berbentuk bulat dan hati dari kayu tersebut dikeluarkan. Tatabuang yang digantung bernama Letor di Sikka dan yang dipangku bernama Preson di Wulanggintang.

18. Alat Musik Tradisional NTT - Thobo

Alat musik tumbuk dari bambu ini berasal Kabupaten Ngada. Seruas Bambu betung yang buku bagian bawahnya dibiarkan, sedangkan bagian atasnya dilubangi. Ara memainkannya ditumbuk ke lantai atau tanah (seperti menumbuk padi). Alat musik ini berfungsi sebagai bass dalam mengiringi musik Foy doa.
 

19. Alat Musik Tradisional NTT - Gong

Gong merupakan alat musik yang umum terdapat pada masyarakat Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga, kuningan, atau dari besi. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam penerimaan tamu dan sebagainya.
Perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain antara lain jumlah gong , ukurannya, cara memainkannya, serta penglarasnya. Khusus penglaras umunya berkisar pada laras pelog dan slendro.
Nama-nama gong pada masing-masing daerah tidak sama, untuk jelas lihat ontoh berikut :

a. Gong Sumba Barat

Kelompok pertama yang terdiri dari 4 buah gong kecil (katala meduk) dengan urutan pemukulan sebagai berikut :
  • Mamaalu/gong pertama yaitu gong yang ditabuh/dibunyikan paling pertama, Pahimangu/gong kedua yaitu gong yang dibunyikan setelah mamaulu berbunyi, Pahelungu/gong ketiga yaitu gong yang dibunyikan dengan kecepatan dua kali lebih epat dari gong yang terdahulu, Kabokang/gong keempat yaitu gong yang dibunyikn sama epatnya dengan gong ketiga dan saling mengisi sehingga terdengar bunyi yang harmonis. 
  • Kelompok kedua yang terdiri dari dua gong besar, yang dalam bahasa Anakalang disebut Katalla bakul, namun ada juga menyebut dengan nama Gasa. Katalla Bakul atau Gasa dibunyikan seara berganti-ganti untuk mengimbangi keempat gong di atas (kelompok pertama).
 

b. Gong Sabu

Nama-nama gong sesuai dengan cara menabuhnya, ontoh gong pengiring tari Ledo Hawu :
Leko yaitu dua buah gong yang mula-mula ditabuh seara bergantian, Didale ae, Didala Iki, dan Gaha yaitu tiga buah gong yang berukuran agak besar (gong bass) yang juga ditabuh secara bergantian, Wo Peibho Abho yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring gong Leko, Wo Paheli yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring Leko dan We Peibho Abho.
 

c. Gong Alor

Nama-nama gong :
- Kingkang yaitu dua buah gong kecil.
- Dung-dung/kong-kong yaitu dua buah gong sedang.
- Posa yaitu tiga buah gong besar.
 

d. Gong Ngada

Gong Ngada terdiri dari lima buah dan umumnya berukuran kecil. Nama-nama gong :
- Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti.
- Dhere yaitu terdiri dari satu gong
- Uto-uto yang juga hanya satu gong
- Wela yaitu gong yang paling tingi suaranya.
 

e. Gong Dawan

Gong Dawan yang dimaksudkan di sini adalah dari Amanuban tepatnya di Desa Nusa Timor Tengah Selatan. Gong yang digunakan umumnya berjumlah 6 buah. Nama-nama gong :
Tetun yaitu dua buah gong keil, namun apabila dari kedua gong ini hanya dibunyikan salah satunya maka namnya berubah menjadi Toluk, Ote' yaitu dua buah gong sedang. Kedua gong ini dibunyikan dengan penuh perasaan, Kbolo' yaitu dua buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat.

20. Gong Waning

Gong Waning

Gong Waning adalah sebuah alat musik tradisional masyarakat Sikka. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditabuh atau dipukul. Gong Waning ini sendiri terdiri dari beberapa jenis instrument, seperti gendang atau waning, gong dan juga peli anak (saur).

Gong Waning ini seperti gendang yang terbuat dari kayu kelapa dan hanya memiliki 1 (satu) membran saja. Alat musik ini umumnya dimainkan sebagai pengiring tarian, baik itu di dalam acara adat maupun di dalam pertunjukan tari.

21. Kelontang

Kelontang merupakan bunyi-bunyian yang terbuat dari 3 (tiga) belahan kayu bulat kering yang panjangnya sekitar 30 centimeter. Ketiga belahan kayu tersebut diletakkan di atas kaki para pemain yang sedang duduk dan kemudian dipukul dengan batangan kayu sebesar jari tengah.

22. Tatabuang

Di Tanalein alat musik tradisional ini disebut dengan "Leto", sedangkan di Desa Lamanole Flores Timur disebut dengan "Tatabuang". Dari segi bentuk, alat musik ini mirip dengan alat musik Totobuang yang berasal dari Maluku. Kemungkinan besar tatabuang ini dibawa oleh suku Kera (Keraf) dari Pulau Maluku. Sebutan Tatabuang ini hanya ada di Lemonale, sebab di desa ini banyak sekali terdapat masyarakat suku Kera.

Di Lemonale permainan alat musik Tatabuang ini melalui 2 (dua) cara, yakni digantung seperti Leto dan yang lainnya ditaruh di atas pangkuan. Tatabuang ini dibuat dari batangan kayu pohon sukun yang digantung berbentuk bulat dan hati dari kayu tersebut dikeluarkan. Tatabuang yang digantung bernama Letor di Sikka dan yang dipangku bernama Preson di Wulanggintang.

23. Thobo

Thobo merupakan sebuah alat musik tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya dari Kabupaten Ngada. Alat musik ini adalah alat musik tumbuk yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara ditumbuk ke lantai atau ke tanah (seperti sedang menumbuk padi). Thobo ini berfungsi sebagai bass di dalam mengiringi alat musik musik Foy doa.


Search Populer:
  • alat musik tradisional ntb
  • alat musik tradisional flores
  • alat musik tradisional timor
  • lagu tradisional ntt
  • alat musik heo
  • nama alat musik dari papua
  • alat musik tradisional kabupaten manggarai
  • alat musik tradisional sabu