Tempat Bersejarah di Indonesia Candi Ngempon

Candi Ngempon atau disebut juga Candi Muncul adalah salah satu dari candi Hindu yang berada di wilayah Kabupaten Semarang. Candi Ngempon terletak di Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, berjarak sekitar dua kilometer dari Pasar Karangjati. candi Ngempon merupakan peninggalan Wangsa Sanjaya yang dibangun pada abad ke-8,
DSC_0150.JPGDSC_0118.JPG
Candi Ngempon terletak di lembah yang merupakan areal persawahan, candi dikelilingi dangan pagar yang sengaja dibuat untuk membatasi sekitar candi. Disamping itu posisi candi dekat dengan sungai. Candi terdiri atas sembilan bangunan candi, namun yang sekarang berdiri hanya empat., ke empat candi yang sudah di rekonstruksi tersebut letaknya di tengah tengah areal. Sepintas candi-candi yang sudah direkonstruksi tersebut tampak sama, karena dari detil, lengkung dan ornamennya sangat persis, namun sejatinya ada satu candi yang berukuran lebih besar dari yang lain.
DSC_0132.JPG
Sementara lima candi yang tidak di rekonstruksi posisinya ada di belakang candi yang sudah direkonstruksi. Pondasinya ditumpuki bebatuan yang nota bene reruntuhan candi tersebut. Sangat sulit kiranya memperkirakan besaran candi yang belum di bangun tersebut apalagi bentuknya tetapi diduga dari tumpukan batu yang ada candi tersebut ukurannya lebih kecil dari candi yang sudah dibangun.
 
Pembangunan candi tersebut dikerjakan pada tahun 1952 oleh Dinas Purbakala untuk menyusun sebuah candi dari reruntuhan tersebut. Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah menyusun lagi sebuah candi yang ukurannya lebih kecil dari yang pertama. Ditempat ini ditemukan 9 titik pondasi candi, tetapi saat ini baru 4 candi saja yang sudah selesai direkonstruksi
Sebenarnya didalam candi Ngempon terdapat patung yang ditemukan antara lain Durga, Ganesha, Kinara Kinari, dan nandi. Arca-arca tersebut berukuran satu meteran. Dan kini disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang.

Candi Ngempon memiliki 9 candi namun yang sudah di rekonstruksi oleh pemerintah daerah setempat hanya 4 candi saja. Besar ukuran dari candi-candi tersebut sepintas tampak sama dan hanya satu candi saja yang berukuran lebih besar.
Diyakini disekitar area Candi Ngempon dahulu kala merupakan tempat sebagai pusat penggemblengan para kasta Barahmana yang dididik untuk menjadi sebagai seorang Mpu atau Empu baik dalam bidang olah kanuragan, sastra budaya maupun dalam bidang kerohanian. Karena menilik dari sejarah yang ada maka 9 Candi tersebut dikenal masyarakat dengan sebutan “Ngempon” yang berasal dari kata Empu atau Ngempu.

Sejarah Candi Ngempon Kabupaten Semarang

Candi Ngempon awalnya ditemukan secara tidak sengaja oleh petani yang bernama Kasri pada tahun 1952. Saat itu Kasri sedang mencangkul bersama kakeknya disawah. Awalnya Kasri hanya menemukan sebuah batu Andesit yang polos dan memiliki ukuran 40m2 tetapi setiap kali melanjutkan dalam mencangkulnya batu-batu Andesit polos semakin banyak lagi ditemukan.
Selain batu-batu Andesit yang ditemukan di Candi Ngempon pada saat itu, ditemukan juga sepuluh buah patung antara lain, patung Dewi Durga, patung Ganesha, Kinara Kinari dan juga patung Nandi dan lain-lain.
Arca-arca tersebut yang telah ditemukan di Candi Ngempon Kecamatan Bergas saat ini disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang. Saat pertama kali ditemukan 9 Candi tersebut sudah dalam keadaan tidak tertata atau bubrah karena terkena longsorang tanah dan tertimbun.
Pada tahun 1952 Dinas Purbakala mengunjungi Candi Ngempon yang telah rusak dan menyusun kembali sebuah candi yang telah runtuh tersebut. Dan pada tahun 2006 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah menyusun lagi satu buah candi yang ukurannya lebih kecil cila dibanding dengan candi yang pertama.
Candi Ngempon yang merupakan peninggalan sejarah dari Agama Hindu sampai saat ini sudah diruwat oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Tidak jauh dari lokasi Candi Ngempon juga terdapat Petirtaan Kuno yang berada di Kelurahan Derekan Kabupaten Semarang. Petirtaan Kuno tersebut berupa pemandian air hangat yang sekarang banyak dikunjungi oleh wisatwan lokal terlebih lagi saat menjelang puasa atau yang sering dikenal masyarakat dengan sebutan “Padusan“.




 
Peninggalan Sejarah Lainnya: