Tari Beksan Lawung Ageung Yogyakarta

Tari Beksan Lawung Ageng | Adatnusantara - Tari Beksan Lawung Ageng adalah sebuah karya seni tari yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I yang diilhami dengan keadaan waktu dimana para prajurit keraton sedang melakukan latihan watangan, berlatih ketangkasan berkuda dengan membawa watang atau lawung, yaitu sebuah tongkat panjang kurang lebih 3 m berujung tumpul, dan saling menyodok untuk menjatuhkan lawan. Pada artikel Tari Beksan Lawung Ageng ini, TradisiKita mengajak Sobat di Nusantara untuk mengenal tari tradisional asli Indonesia sebagai salah satu perwujudan rasa cinta pada tanah air.


1. Tentang Tari Beksan Lawung Ageng


Tari Beksan Lawung atau ada yang menyebut dengan Tari Beksan Lawung Ageng adalah sebuah tari tradisional dari Yogyakarta. Tari beksan lawung ini menggambarkan para prajurit yang sedang melakukan latihan perang dengan menggunakan lawung / tombak.

Latihan Beksa lawung diberikan kepada prajurit-prajurit peleton/ pasukan Trunajaya sehingga Beksan Lawung atau Beksan Trunajaya itu berubah menjadi Beksan lawung ageng dikarenakan hadir Beksa lawung alit dan Beksa Sekar Madura sebagai bagian dari beksa lawung secara keseluruhan.

2. Sejarah Tari Beksan Lawung Ageng


Tari Beksan lawung diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755-1792. Tari Beksan Lawung ini diilhami suatu keadaan ketika prajurit-prajurit sebagai abdi dalem raja selalu melakukan latihan watangan. Latihan watangan adalah berlatih ketangkasan berkuda dengan membawa watang atau lawung yaitu sebuah tongkat panjang sekitar 3 meter berujung tumpul dan silang menyodok untuk menjatuhkan lawan.

Tari Beksan Lawung ini merupakan salah satu usaha dari Sri Sultan Hamengku Buwono untuk mengalihkan perhatian Belanda terhadap kegiatan prajurit keraton Yogyakarta. Pada masa itu dalam suasana perang, dan Sultan harus mengakui dan tunduk segala kekuasaan Belanda di Kasultanan Yogyakarta. Sultan harus patuh pada segala perintah dan peraturan yang telah ditentukan termasuk masalah keprajuritan. Latihan keprajuritan dengan menggunakan senjata pada saat itu dilarang, maka Sultan mengalihkan olah keprajuritan melalui beksan yaitu Beksan Lawung. Melalui tari beksan lawung inilah Sri Sultan berusaha menumbuhkan sifat kepahlawanan prajurit keraton pada masa perang tersebut.

3. Fungsi dan Makna Tari Beksan Lawung Ageng


Tari Beksan Lawung berfungsi untuk menumbuhkan sifat kepahlawanan prajurit keraton Yogyakarta. Tari Beksan Lawung Ageng ini menggambarkan semangat dan keberanian melalui gerakan tari.

Tari Beksan Lawung ini diangkat sebagai tari ritual wakil sultan dalam upacara perkawinan putra dan putrinya. Melalui dialog yang ada dalam tari Beksan Lawung, Sultan memberikan pengajaran / petuah mengenai perkawinan, kaweruh urip hingga tentang kesuburan. Dalam Beksa lawung disimbolkan dengan tongkat atau lawung, dan perempuan dilambangkan dengan tanah. Tanah sebagai bumi sering disebut ’ ibu pertiwi ’, lambang keperempuan. Dalam latihan Beksa lawung diberikan kepada prajurit-prajurit peleton/ pasukan Trunajaya sehingga Beksa Lawung atau Beksa Trunajaya itu berubah menjadi Beksa lawung ageng dikarenakan hadir Beksa lawung alit dan Beksa Sekar Madura sebagai bvagian dari beksa lawung secara keseluruhan. Sebagai akibat orang seringkali menyebut Beksa lawung diidentikkan dengan Beksa lawung ageng.Seiring perkembangan, tari Beksan Lawung menjadi sebuah tradisi berupa tarian tradisional keraton Yogyakarta.

4. Pertunjukan Tari Beksan Lawung Ageng


Tari Beksan Lawung yang lengkapnya terdiri 40 orang penari dan dibagi dalam 3 beksan yaitu: Lawung Ageng untuk gagahan dengan 16 orang penari, beksan sekar medura dengan 8 penari gagah dan alus: ke 3 beksan ini apabila dipentaskan lengkap akan memakan waktu 5 jam.

Tari pria bersenjatakan lawung (tombak) pada umumnya dibawakan oleh 16 orang penari putera,dan beksan putra ini termasuk dalam tari upacar.

5. Musik Pengiring Tari Beksan Lawung Ageng


Tari Beksan Lawung diiringi oleh alunan gamelan khusus yaitu Kiai Guntur Sri dengan suaranya yang antep mengalun selama pagelaran ini berlangsung para penari disamping sisi kiri kanan gamelan dilarang istirahat.

6. Kostum Penari Beksan Lawung Ageng


Para penari Beksan Lawung menggunakan kostum berupa pakaian tradisional khas Yogykarta yaitu celana pendek, kain samping / selendang dan mengenakan penutup kepala berupa  blangkon. Selain itu para penari membawa properti lawung / tombak panjang.

Tari Beksan Lawung Ageng

 7. Perkembangan Tari Beksan Lawung Ageng

Pada tahun 1918 berdiri perkumpulan Kridha Beksa Wirama, sehingga Beksa lawung boleh dipergelarkan dan diajarkan kepada orang lain di luar Kraton atas izin Sultan Hamengku Buwana VII. Sejak itulah kesenian istana, khususnya Beksa Lawung, makin banyak diminati dan maju pesat. Perkembangan selanjutnya Beksa Lawung dipentaskan untuk para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga terjadi pemadatan waktu pentasnya. 

8. Video Tari Beksan Lawung Ageng








Demikian Sobat Tradisi, Sebuah Tari Klasik Keraton yogyakarta yaitu Tari Beksan Lawung Ageng yang harus dilestarikan menjadi kebanggaan dan Kekayaan Bangsa Indonesia. Semoga Bermanfaat.